Sumber Gambar : Wanita Muslimah Dot Com |
Selanjutnya,
waktu untuk masuk agenda pesantren. Aku disuruh masuk mengaji tapi malah
membuat alasan untuk tidak masuk. Pikirku waktu itu, ku gunakan untuk menelfon
orang rumah. Aku semakin tak tahan untuk tinggal di asrama dan jauh dari rumah.
Yang harus ngapa - ngapain segala bentuk kegiatan sendiri, menyiapkan segala
keperluan sendiri, atau pun pekerjaan lainnya yang sering dilakukan oleh
pembantu di rumahku. Biar nggak ada yang tahu ku tulislah surat yang berisi
kalau aku sakit dan ku titipkan surat tersebut kepada lisa teman sekelasku
tadi. Lisa pun menanggapinya "eh, tadi kayak sehat - sehat aja tuh ra
?" ( pikirnya ) hmm.. kebetulan sepulang sekolah itu aku merasakan sakit
perut karena terlambat makan ( memikirkan sesuatu untuk menutupi kebohongan ).
" iya udah, sampai jumpa nanti ya ra ? GWS ( jawabnya ) Iya, thank lis (
balasku ) ".
Kesempatan pun telah ada ibu pondok mungkin
sudah datang ke majlis bersama santriwati lainnya. Tak lama kemudian ibu pondok
menghampiri lisa dan bertanya kepadanya " lisa dimana zahra kok tidak
masuk ke majlis ? apa dia ketiduran lagi ? (tanya ibu pondok kepadanya)
". Oh tidak bu, zahra sedang sakit dan berada di asrama kamarnya ( lia
menjawab )." Mmm.. yaudah, Ayo cepat masuk ( jawab ibu pondok seperti tak
yakin ) iya bu ( jawabnya ). Ibu pondok pun segera mengecek setiap asrama putri
dan ternyata pas berpapasan dengan zahra yang mau menghubungi anggota
keluarganya. "Ya nak, ada apa ?" ( tanya ayahnya dalam telefon ).
Belum sempat menjawab pertanyaan dari ayahnya, ibu pondok mau sampai di depan
kamarnya untuk fase pengecekan. Saking cepat - cepat kelakuannya tak karuan.
Dengan keadaan kamar yang masih berantakan dan keadaan zahra yang kelihatan
sehat - sehat aja. Ibu pondok pun semakin marah "apa - apaan inih ? kamar
atau kandang ayam ? berantakan dan tak tahu aturan. Ibu beri waktu sepuluh
menit untuk membersihkannya nggak usah di korting dan banyak omong. Cepatt
!!!!... ( serba nada tinggi ) iya bu pondok ( jawabku dengan rasa kesal ). Aku
langsung mengambil batang sapu dan menata buku - bukuku serta tempat tidurku.
Rasanya seperti pembantu di rumah besarku. Mungkin ya itulah rasanya jadi
seorang pembantu. Suruh sana - sini, panggil sana - sini, belum selesai satu
disuruh lagi, serba cepat, dan nggak tahu mana yang duluan diselesaikan (
itulah dibenakku ). Waduh, ibu pondok mau kesini lagi. Aku harus cepat - cepat
menyelesaikan tugasku ini sebelum ia datang. Air yang menetes didahiku keluar
sangat deras, nafasku tersengak - sengak, tubuhku kian sakit rasanya, seperti
orang yang tak berdaya. Ach, aku menyesal tadi nggak ikut ngaji di majlis. Ku
kira nggak akan jadi seperti ini malah kejadian betulan. Aku berjanji nggak
akan mengulangi lagi. Dah capek ketiduranlah diriku ini sampai waktu menunjuk
di angka lima sore. Saatnya sholat dan mandi, antrian pun kian seperti kereta
api. Yang tadi sempet ku bohongi malah ingin mengerjaiku untuk tidak
mendapatkan kamar mandi. Justru sebaliknya, pikiranku yang cerdas ini kugunakan
trik baru.
Ternyata masih berkaitan tentang waktu dan sedikit kalbu. Pagi pun memanggil dengan sedikit cahaya yang bersinar terang, seekor ayam yang sedang mengeluarkan suara emasnya, dan orang yang sholat dalam sujud akhir. Mengingatkanku ketika bersama keluarga besar di rumah. Aku semakin rindu desaku masih dua hari aku tinggal di pesantren ini tapi kisahku tak berakhir sampai disini. Masih aja kena hukuman dan mereka suka melekat pada diriku ini. Bu pondok memanggil santriwati untuk keluar dan ikut bersenam itulah kegiatan pada hari jum' at pagi. Hari ini sekolah libur diganti acara pesantren mulai dari membaca al-qur'an, pidato, dan hafalan kitab. Kini aku pada fase membaca al-qur'an. Majulah satu persatu bu pondok memanggilku pertama kali untuk maju ke depan. "Zahra... ku mulai membaca bismillahirrohmanirrohim sampai seterusnya. Ada kawanku yang belum lancar membaca dia losa. Aku pun bertanya "los, apakah aku bisa membantumu ?" ( aku menawarkan bantuan ). Iya ra, tolonglah aku untuk bisa membaca al-qur'an ( dengan suara sedikit ketakutan ) jawabnya. Cara pertama ambil nafas terus buang ( dengan bicara sedikit jahil ) selanjutnya, apa yang harus aku lakukan ra ? ( dia bertanya ). Cara kedua kamu baca perlahan - lahan ( mungkin kataku ) next ra ?. Cara ketiga kamu jangan berfikir kalau kamu tidak bisa membaca ( aku menjahili losa ) sudahkah caranya? ( kembali bertanya ). Belum ini cara yang terakhir adalah berdoa semoga lancar membaca ( aku tak kuasa menahan tawa ). Terimakasih ya ra ( ucapnya ) iya los, masama ( mmm...). Kegiatan membaca Al-qur'an telah usai, diberilah waktu istirahat lima belas menit untuk acara selanjutnya. Aku tak puas sebelum melihat isi - isi yang ada di pesantren. Kayaknya aku harus meminta bantuan kakak senior (waktu itu). Jauh my fikirkan terdengarlah suara seperti orang yang sedang menangis. Ku mencari asal suara yang telah terdengar. Perlahan - lahan tangisan itu mulai reda seujung kata pun tak begitu jelas. Ku coba menelusuri jalan yang setapak kemudian terdapatlah satu ruang Yaaaa... seperti tak pernah dikunjungi. Yach, namanya aku tidaklah kaget kalau sembarangan masuk tanpa izin. Ku tarik perlahan - lahan pintu yang tak dikunci itu kemudian ku masuk. Ternyata memang ada salah seorang santriwati yang menangis. Katanya sih dia pengen pulang ke rumah karena ada sesuatu yang penting. Ku tanyalah dia ( Hay... siapa nama kamu ? kenapa kamu menangis ? apa yang sedang terjadi ? ( kataku ). Jawablah dia " Hay juga, namaku elisa" kamu ?( dia balik bertanya ).
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar