Langsung ke konten utama

Dilema Kehidupan di Pesantren (4)

Sumber Gambar : Wanita Muslimah Dot Com

Perkenalkan namaku zahra  (dengan tersenyum ) Oh ya kenapa kok kamu menangis ? ( tanya kembali ). Tidak apa - apa sih (jawabnya sedikit malu - malu) nggak apa - apa kalau kamu bercerita sedikit kepadaku mungkin bisa mengurangi apa yang sedang kamu rasakan ( sedang merayu ). Aku hanya sedikit kangen dengan rumahku, desaku, temanku, atau segala yang pernah bersamaku ( katanya dengan lubuk yang paling dalam ). Hmm... mungkin perasaan yang sedang kamu rasakan sekarang sama seperti apa yang tekadang aku rasakan ( jawabku ). Sudah berapa tahun kamu tinggal di pesantren ? ( dia mulai bertanya - tanya ).


Jawabku dengan penuh tenang "Aku baru dua hari tinggal di pesantren ini, kalau kamu ?" Aku sudah tiga bulan ini tinggal di pesantren ( jawabnya ). Dah lama dong ? terus alasan kamu mau pulang apa ? ( aku semakin penasaran ) "Ibuku sedang sakit ( katanya ) terus ? Aku takut izin sama ibu pondok pasti nanti dimarahin ( ucapnya ). Eh gini aja aku bantu deh! nanti ku antar ke ruang ibu pondok ( ucapku dengan yakin ). Terimakasih ya ( dengan wajah bahagia ) iya lis. Waktu istirahat kurang lima menit segeralah ku menuju ke Aula untuk melanjutkan acara tadi. Ku ajaklah elisa untuk pergi dari tempat ini. Ayo lis, kita nanti telat ? dengan terbirit - birit. Iya ra jawabnya, untung saja kita sampai tepat waktu bisa - bisa kena hukuman lagi. Waktunya berpidato ini giliran kelompokku tapi bukan aku yang bertugas waktu itu. Delima dan Nisa yang menjadi perwakilan dari kelompokku yang bertugas. Mereka membawakan judul " semangat santri ". Wahh,, mereka hebat dengan judul yang semangat dan cara membacanya yang lantang sampai - sampai pendengarnya terbawa terhadap apa yang dibaca. Hmmm.. aku mulai cemburu ( batinku ) misal aku bisa seperti itu wah - wah duniaku terasa berisi ( dengan sedikit menghayal ). Ku pejamkan mataku ini dengan perlahan sampai kebawa mimpi.

Adzan berkumandang waktu shalat pun tiba, aku ketiduran tapi kenapa ibu pondok yang tahu tidak membangunkan diriku ini, ( penasaran ). Ternyata ibu pondok mau cepat - cepat pergi ada urusan yang harus diselesaikan di luar kota. Hmmm... terus siapa ya nanti yang menjaga asrama (gumamku). Aku berpapasan dengan fitria dan bertanya "memang siapa yang akan menggantikan bu pondok, tanyaku kepadanya"."Nah itu yang akan menggantikan bu pondok ( jawabnya )". "siapa sih orangnya ? ( coba menanyakan kembali ) " itu lho yang pakek baju biru dengan rok warna - warni dan berkerudung putih."Oh itu, apakah ada hubungan keluarga dengan bu pondok ? aku bertanya lagi "." Enggak juga sih, dia sebagai wakil bu pondok kalau bu pondok tidak ada di asrama". "Hmm, begitu... tapi apakah wataknya seperti bu pondok yang sering marah - marah ( tanyaku )"." Nanti kamu juga akan tahu sendiri, ra ( jawabnya dengan sedikit terburu - buru ) " hmm.. iya terimakasih". Aku lupa bahwa aku harus mengantarkan elisa ke ruang bu pondok. Cepat - cepatlah diriku ini mencari elisa sebelum bu pondok pergi. Dan ku tanyakanlah kepada kak irma, " permisi.. kak minta waktunya sebentar ( sapaku ) ".   " iya dek, silahkan ( jawabnya )" kakak lihat elisa nggak ? ( tanyaku )" maaf dek, enggak lihat kayaknya, emang kenapa ? ( kak irma bertanya )".

"Persoalan penting, nggak bisa ditunda kak ( jawabku dengan terburu - buru ) "Oh iya coba nanti kalau kakak ketemu tak sampaikan ( jawabnya )". " Terimakasih kak, langsung ku cabut dari sana dan kucari dari berbagai penjuru pesantren tapi tak ketemu - temu. Tiba - tiba mak brakk... suara seperti orang / benda yang jatuh. Aku terkejut! jika dibayangkan aku tak mau kejadian seperti itu. Genteng / atap dari ruang kelas XI berjatuhan dan sempat mengenai tubuh elisa. " Elisa awasss...!!! (kataku dengan suara keras) ku tarik tangan elisa untuk menjauh dari jatuhan gendeng tersebut "." Terimakasih ya ra (ucapnya dengan wajah sedikit pucat) iya, sudah kita keluar dari ruangan ini. Aku tadi mencoba mencarimu kemana - mana tapi tak ketemu". " Emang ngapain kamu ke kelas ini ? Aku sedang mencari sebuah liontin pemberian ibuku yang jatuh mungkin tergeletak disini ( jawabnya )". "Rupanya begitu... nanti aku juga ikut membantumu "ayo kita cepat - cepat ke ruang bu pondok". "Bu pondok mau keluar kota mungkin agak lama, kamu kan mau izin jadi segeralah!". " Ayo ra, ( jawabnya dengan berlari kencang ) Untunglah bu pondok belum ready "." Aku dan elisa mencoba menghentikan bu pondok untuk naik mobil "." Bu bu bu ... ( ku panggilah dengan berlari ) iya ada apa zahra ? Ini bu, elisa mau izin pulang ke diamannya dengan sebab ibunya sedang sakit "." Apakah diperbolehkan untuk pulang ( tanyanya ) iya udah, nanti minta surat izin sama bu riri saja karna saya mau keluar kota "." Jangan lupa khusus untuk zahra jangan buat onar dan yang lain untuk aturan pulang sampai dua minggu baru kembali lagi ( pesan bu pondok ) "." Ya, bu pondok (jawabku) iya lis, ayo mintalah surat izin pada bu riri ( dengan sedikit lesu ) iya ra ( jawabnya )"." Bu riri saya mau izin untuk pulang ke kampung halaman tadi sudah izin sama bu pondok kemudian di serahkan kepada Ibu ( izinnya elisa ) ". Bu riri pun segera memberikan surat !" Ini suratnya bisa diisi langsung ( jawab bu riri ) " Terimakasih bu jawab elisa dan sampai sekarang kamu masih membantuku ra, makasih ya... memang sahabat terbaik ter... ( jawabnya ) memang ajib lis ( aku sedikit belajar gaul )".

Dan sekarang masuk acara terakhir yaitu menghafal kitab. Kemarin aku nggak masuk ngaji dan sekarang hafalan " hmm... siap - siap deh dihukum di depan kelas ( pikirku ) eh, ra tentu kamu sudah hafal kitab ini ? ( Lisa bertanya dengan membawa sebuah kitab ) kitab itu? ( kaget ) aku pernah sedikit sih membaca tapi dah lama tak ku buka"." Kalau gitu, kita belajar bersama aja ( tawaran lisa ) iya baiklah ". Yang namanya usaha tak kan pernah sia - sia meski banyak rintangan yang menghadang tetaplah optimis. Adzan magrib pun tiba semua bergegas menuju masjid. Aku berjalan menelusuri trotoar yang bergelombang naik turun naik turun sampai ku langkahkan kakiku menaiki tangga masjid. Alunan suara adzan yang dilantunkan sungguh membuat bulu kudukku berdiri. Sangatlah menusuk hingga tak banyak yang dapat ku ceritakan waktu itu. Setelah selesai sembahyang, disuruhlah semua santriwan dan santriwati duduk dan mendengarkan nasehat ustad. Dibelah tempat masjid tersebut dengan maksud memberi batas tengah untuk santriwan dan santriwati. Pak ustad berada pada tengah - tengah garis tersebut dan mngeluarkan beberapa nasehatnya hingga menunggu Adzan Isya' supaya berjamaah sama - sama. Setelah dari masjid pulanglah para santriwan dan santriwati ke masing - masing asrama . Aku, fitria, lisa, losa, dan santriwati lainnya berjalan dan bercerita sepanjang malam yang mengitari. Langit - langit yang indah dan disaksikan bulan dan bintang sungguh indah suasana malam ini yang banyak mengandung makna. Pagi pun tiba pembagian kelompok untuk memasak makanan di dapur. Aku dan lisa dalam satu kelompok yang sama, aku bagian menyiapkan bahan - bahan dapur dan lisa memotong sayuran, menyiapkan api sampai tahap memasak.

Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dilema Kehidupan di Pesantren (7)

Sumber Gambar : Wanita Muslimah Dot Com Lho.. lho.. kok pada kumpul - kumpul disini, Ayo semua pada kerjakan tugas masing - masing ( bu riri pun datang ) fitria dan zahra nanti setelah pekerjaan ini selesai segera temui ibu di ruangan. " Gara - gara kamu tuh ra ! ( sebel ) " gara - gara kamu tuh fit !  Aku dan fitria segera menuju ke ruang bu riri dan perkara ini disampaikan kepada bu pondok. Lalu bu pondok menyuruh aku dan fitria u / berbaikan atau ingin memilih untuk di skor satu hari dan tidak boleh mengikuti kegiatan pesantren. Akhirnya aku dan fitria berbaikan dan aku belajar merubah sikapku yang terkadang emosional. " maaf fit... " iya ra, aku juga minta maaf ". Nah, gitu kan enak kalau kalian sering bertengkar, mau jadi tontonan ? nggak kan ? ( nasehat bu riri ) nggak bu, kita minta maaf. Iya udah, habis dari ruangan ini kalian ganti baju dulu, nanti sakit. Iya bu, siap...".

Dilema Kehidupan di Pesantren (1)

Sumber Gambar: Wanita Muslimah Dot Com Di area pondok banyak sekali yang aku tak tahu. wilayahnya yang luas membuatku menjadi penasaran, pokoknya asyik deh, ujarku dalam hati. Terkadang aku suka menjahili teman apalagi mengajaknya masuk dalam kehidupanku. Aku adalah santri baru pondok ini pindahan dari sekolah lamaku. Usiaku baru tujuh belas tahun pindahan dari sekolah lamaku. Wajahku lugu seperti orang yang baru berusia dua belas tahun. Wajar karena aku baru sih mengetahui semacam teknologi jaman sekarang ini yang begitu canggih (gumamku dalam hati). Kini aku berdiri di depan sekolah baruku. Yach, perasaan cemas mengintaiku sepanjang saat. Ku mulai dengan melangkahkan kaki menuju pintu kelas. Kepanikanku meningkat saat mau berkenalan di depan kelas.